Tawazun secara bahasa artinya keseimbangan. Tawazun secara istilah artinya kebijakan seseorang dalam memilih titik keseimbangan dalam hidunya untuk menyelesaikan persoalan atau masalahnya selama di dunia. Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.
Ketiga potensi manusia yang diberikan Oleh Allah SWT. adalah:
- Potensi Jasmani
Manusia hidup di dunia ini dapat merasakan haus, lapar, sakit, dan sehat. Untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya, manusia melakukan beberapa kegiatan setiap hari, seperti makan, minum, olahraga, meminum obat apabila sakit, dan melakukan kegiatan lainnya untuk menjadi manusia dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat
- Potensi Akal
Akal adalah sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Maka dari itu, manusia harus memanfaatkan keberadaan akalnya untuk mengatur kehidupannya setiap hari. Akal diberikan oleh Allah SWT. kepada manusia agar manusia dapat menaati hukum dan peraturan yang ada di dunia, membedkan hal yang baik dan buruk, serta menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi dengan sangat baik.
- Potensi Rohani
Manusia sangat berpotensi dalam kehidupan rohaninya. Namun, kadang manusia jarang menyadari potensi yang dimilikinya itu. Padahal, apabila manusia mengabaikan potensi rohani ini akan menyebabkan adanya cacat moral dan dapat menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan dosa. Cara memenuhi kebutuhan ini adalah dengan menaati segala perintah Allah SWT. dan menjauhi larangan-NYA.
Contoh Perbuatan Tidak Tawazun:
- Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar)
- Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani / materi saja.
- Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada hati/ batinnya saja.
Manfaat Tawazun
Manfaat dari memiliki sifat Tawazun berupa kebahagiaan dari Allah SWT. Kebahagian tersebut terdiri dari.
- Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan jiwa [13:28]
- Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.
Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya.
Leave a Reply